Sebagai anggota parlemen, Malik berpengalaman dalam penanggulangan kejahatan anak muda di Inggris.
"Di saat saya sesungguhnya menyukai tugas internasional saya untuk menyampaikan keadilan pada seluruh kemiskinan di seluruh dunia, saya dengan senang hati mengambil kesempatan untuk membuat warga Inggris mendapatkan keadilan," kata Shahid seperti dilansir dari The Guardian, Minggu (5/10).
Untuk mencapai posisinya sekarang, Shahih menempuhnya dengan penuh perjuangan. Orang barat cuma mengakunya saja maju dan modern, tapi urusan rasial, mereka punya cacat besar.
Sebagai seorang muslim yang berwajah asia, Shaih Malik kerap kali mengalami perlakuan yang tidak menyenangkan. Misalnya, pernah dipukuli oleh polisi Inggris dalam suatu kerusuhan ketika ia berusaha meminta polisi menahan diri untuk tidak meladeni kemarahan gerombolan massa.
Dan kejadian tidak menyenangkan itu tetap berlangsung bahwa setelah menjabat sebagai menteri pun. Karena ”tampak muslim”, ia ditahan dan digeledah petugas keamanan Bandara Dulles, Washington DC, bersama dengan dua calon penumpang yang kebetulan juga muslim.
Sebelumnya, ia juga pernah mendapat perlakuan serupa di Bandara JFK, New York. Ironisnya, dua kali kedatangannya ke AS tersebut adalah untuk memenuhi undangan Departemen Keamanan Dalam Negeri AS dalam rangka membicarakan mengenai masalah keamanan dunia dan terorisme.
Tapi itu semua tidak pernah menyurutkan langkahnya. Shahid Malik, yang keluarganya berasal dari Pakistan ini, berjuang keras dari bawah untuk membangun karier politiknya ditengah-tengah prasangka terhadap dirinya sebagai kaum minoritas di Inggris.
Beberapa jabatan dalam berbagai organisasi telah menjadi ajang unjuk kemampuannya, seperti National Chair of the Urban Forum, Commissioner to the Northern Ireland Equality Commission (1999-2002), Commissioner for Racial Equality, Great Britain, Vice-Chair of UNESCO UK, Government Adviser on Community Cohesion and Neighbourhood Renewal, dan Member of Parliament for Dewsbury (2005).
Titik cerah karir politiknya dimulai ketika ia terpilih masuk dalam Komite Eksekutif Nasional Partai Buruh pada tahun 2000, sebagai orang non-kulit putih pertama yang bisa masuk dalam posisi bergengsi tersebut.
Shahid Malik kemudian ditunjuk oleh PM Inggris Gordon Brown pada tanggal 27 Juni 2007 untuk memimpin Departemen Urusan Pembangunan Internasional. Sebuah departemen yang saat ini memiliki anggaran sebesar 10 miliar dollar AS untuk diberikan kepada negara manapun yang membutuhkan untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia.
Resep suksesnya bukan hal baru. Kerja keras, percaya diri dan tekad kuat untuk meraih apa pun yang diinginkan, adalah tiga prinsip yang dipegang teguh dalam menapaki cita-citanya. Perjuangan Shahid Malik ini seharusnya dapat menjadi motivasi bagi orang muda, dari latar belakang apapun, untuk berjuang mewujudkan cita-citanya.
Bulan Juni lalu, Menteri yang masih sangat muda ini (lahir 1967), juga datang ke Indonesia, menghadiri acara World Peace Forum yang digelar di Hotel Sultan, Jakarta. Selain itu juga mengunjungi kantor PBNU di Jalan Kramat Raya dan PP Muhammadiyah di Menteng.
Kalau memperjuangkan jabatan menteri, mestinya seperti Shahid Malik ini, perjuangannya betul-betul dakwah, dilihat dari segi mana pun. Jangan seperti para pecundang politik di negeri kita, mengejar jabatan Menteri sekedar untuk gagah-gahan, bahkan sekedar mengejar materi, naudzubillah.
No comments:
Post a Comment